I.
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pertanian yang
berkelanjutan merupakanhasil dari pengelolaan sumberdaya pertanian yang
berhasil guna memenuhi kebutuhan hidup manusia, dan juga mempertahankan dan
meningkatkan kualitas lingkungan dan konservasi sumberdaya alam (Foth, 1989).
Salah satu prinsip penting dalam mencapai sistem pertanian berkelanjutan ini
adalah menekan sekecil mungkin kehilangan unsur hara dari agroekosistem akibat
pencucian unsur hara dan panen.
Kehilangan unsur hara
dalam agroekosistem pasti terjadi dan untuk mengatasi masalah tersebut adalah
dengan pemupukan. Secara umum manfaat pupuk adalah menyediakan unsur hara dan
memperbaiki tingkat keasaman tanah (Sigit, 2001).
Namun masalah pupuk
kini tidak dapat dielakkan. Masalah pupuk banyak dirasakan oleh para petani
selain harganya yang mahal pasca pencabutan subsidi untuk pupuk ditamabah lagi
keberadaannya yang mulai langka. Masalah kelangkaan dan tingginya harga pupuk
membuat kegiatan usaha tani menjadi terhambat dan membuat petani menjadi lebih
sulit.
Saat ini alternatif
yang paling bijak adalah pemupukan dengan menggunakan pupuk organik. Pupuk
organik yaitu pupuk yang berasal dari mahluk hidup yang telah mati seperti
serasah, jerami padi atau dari
limbah-limbah organik.
Limbah organik, adalah
bahan organik yang terbuang dari suatu kegiatan manusia maupun proses alam, dan
tidak atau belum mempunyai nilai ekonomis. Limbah yang tidak dikelola dengan
baik akan menyebabkan banyak kerugian salah satunya mencemari lingkungan. Usaha
untuk meningkatkan nilai ekonomi limbah organik tersebut, ialah dengan
memanfaatkan menjadi pupuk organik (Budiono, 2003). Salah satu limbah organik
adalah limbah cair tahu.
Limbah cair tahu
didefinisikan sebagai air sisa penggumpalan tahu yang dihasilkan selama proses
pembuatan tahu (Lestari, 1994). Pada limbah cair tahu masih banyak mengandung
unsur C, H, N, O, S, P, K sehingga dapat memberi manfaat sebagai pupuk bagi
tanaman. Namun unsur tersebut belum tersedia sepenuhnya bagi tanaman, selain
itu pH dari limbah cair tahu berkisar 3-4 yang membuat tidak baik untuk
langsung diaplikasikan langsung ke tanaman.
Untuk meningkatkan pH
dan membantu pelepasan unsur hara salah satunya menggunkan zeolit. Zeolit
merupakan kelompok mineral tektosilikat yang mengandung hidrat. Sifat kimia
yang penting dari zeolit ini adalah kemampuan untuk menjerap molekul, menukar
ion, dan menjadi katalis (Saputra, 2006). Selain itu manfaat zeolit mampu
menangkap NH4+ sehingga tidak mudah tercuci atau hilang,
serta meningkatkan kapasitas tukar kation.
Keunggulan dari
pemberian zeolit ini diharapkan mampu meningkatkan pelepasan unsur hara dari
limbah cair tahu. Hal ini juga merupakan upaya pemanfaatan sumberdaya alam
lokal yang dapat digunakan secara optimal dalam pertanian.
B.
Tujuan
Adapun tujuan dari
penelitian ini adalah:
1. Untuk
mengetahui perbandingan terbaik antara zeolit dengan limbah cair tahu dalam
pelepasan unsur hara N P K.
2. Untuk
mengetahui lama inkubasi terbaik antara zeolit dengan limbah cair tahu dalam
pelepasan unsur hara N P K.
C.
Kerangka
Pemikiran
D.
Hipotesis
1. Ada
perbandingan terbaik antara limbah cair tahu dengan zeolit dalam pelepasan
unsur hara N P K dari limbah cair tahu.
2. Terdapat
waktu inkubasi yang paling baik dalam pelepasan unsur hara N P K.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar